03 December 2017

Ananda Sukarlan diantara Sindrom Tourette dan Sindrom Asperger: Aspie is awesome!




Ketika berbicara tentang Ananda Sukarlan, pasti semua orang mengenalnya sebagai pemain piano dari Indonesia yang terkenal di seluruh dunia yang memainkan jenis musik klasik. Namun saya cukup beruntung mengenal Ananda Sukarlan dari sisi yang sangat lain sekali. 

Saya mengenal Ananda Sukarlan pertama kali dari sebuah perbincangan di Twitter tentang sesuatu hal. Setelah itu, saya beberapa kali bertemu dengan Ananda Sukarlan di berbagai acara resmi dan acara makan-makan di beberapa hotel di Jakarta. Saya akhirnya berkesempatan untuk dapat berbicara secara pribadi dengan Ananda Sukarlan ketika kami bertemu di sebuah acara yang diselenggarakan oleh Kedutaan Besar Italia. Dalam pembicaraan saya dengan Ananda Sukarlan di acara yang diselenggarakan oleh Kedutaan Besar Italia inilah tiba-tiba timbul ide untuk membuat beberapa video atau vlog lucu yang mungkin bisa saja menjadi viral, dan mungkin sebuah video atau vlog yang sedikit menyinggung soal kiprahnya di dunia musik klasik. Namun keputusan saya berubah setelah kami menyempatkan waktu untuk duduk berdua sambil mengopi dan berdiskusi di kantornya di bilangan Fatmawati, Jakarta Selatan. Pada saat berdiskusi inilah saya melihat Ananda Sukarlan bukan sebagai pianis terkenal, namun melihatnya sebagai sosok manusia yang senang bercerita, senang melucu dengan berbagai humor yang dimilikinya dan sangat cerdas dan berbakat sekali. Pada diskusi inilah Ananda banyak menceritakan tentang Sindrom Tourette dan Sindrom Asperger yang dimilikinya. Akhirnya, saya menjadi lebih tertarik untuk mengangkat Sindrom Tourette dan Sindrom Asperger ini sebagai topik untuk didiskusikan di dalam video perbincangan saya dengan Ananda Sukarlan.

Saya dan Ananda Sukarlan berharap bahwa topik yang kami angkat dan berbagai informasi yang kami bicarakan dapat membantu penderita Sindrom Tourette dan Sindrom Asperger lainnya di Indonesia, karena masih belum ada komunitas yang menaungi Sindrom Tourette dan Sindrom Asperger ini di Indonesia.




Jadi sebenarnya apa sih yang disebut sebagai Sindrom Tourette dan Sindrom Asperger? Ketika saya mencoba mencari tahu tentang sindrom ini dari berbagai literatur ilmiah, maka bisa saya gambarkan secara sederhana bahwa Sindrom Asperger adalah salah satu bagian dari spektrum autisme. Orang-orang yang terkena Sindrom Asperger ini biasanya mengalami kesulitan dalam interaksi sosial, memiliki sebuah perilaku yang berulang, perkembangan motorik mungkin tertunda, dan memiliki gerak tubuh atau ekspresi tertentu. Dibalik segala hal tersebut yang mungkin dipandang oleh masyarakat sebagai kekurangan, orang-orang yang memiliki Sindrom Asperger ini ternyata memiliki kelebihan, yaitu biasanya mereka sangat cerdas, kosa katanya sangat baik sekali dan sangat berbakat dalam bidang tertentu. Bila diberikan latihan dan terapi, orang-orang yang memiliki Sindrom Asperger ini dapat mengatasi berbagai kekurangan mereka, sehingga mereka dapat memberikan kontribusi besar kepada masyarakat, nusa dan bangsa.

Saat Ananda Sukarlan masih kecil, dia sudah merasa bahwa dirinya berbeda dari anak-anak lainnya, namun pada saat itu dia tidak tahu apa nama dari sesuatu hal yang berbeda di dalam dirinya tersebut. Pada tahun 1996 ketika Ananda Sukarlan berusia 28 tahun, setelah dia memberikan ceramah di Bulgaria, dia diajak untuk masuk menjadi anggota dari Mensa Club. Mensa Club ini adalah grup yang berisi sekelompok orang-orang jenius yang memiliki IQ diatas 160. Lalu Ananda Sukarlan dibawa ke tempat grup ini untuk melewati serangkaian ujian untuk menguji tingkat kejeniusannya. Walaupun pada akhirnya Ananda Sukarlan tidak lulus didalam uji kecerdasan yang diadakan oleh kelompok tersebut, mereka ternyata mendiagnosa bahwa ada kemungkinan Ananda Sukarlan memiliki Sindrom Tourette dan Sindrom Asperger. Sindrom Tourette sendiri terlihat dari berbagai gerakan fisik di tubuh Ananda, salah satunya adalah mengedipkan mata berulang-ulang. Namun karena terbatasnya akses untuk mengetahui lebih banyak informasi tentang sindrom ini, maka Ananda Sukarlan membiarkannya berlalu begitu saja. Pada akhirnya, setelah era internet dimulai dimana berbagai informasi dapat diakses dengan mudah, maka Ananda Sukarlan mulai membaca tentang berbagai informasi tentang sindrom yang dideritanya. Ananda pada akhirnya mengetahui bahwa tipe Autisme yang dimilikinya termasuk tipe Autisme Fungsi Tinggi dimana dia masih dapat berprilaku sebagaimana layaknya orang normal lainnya. 

Ananda Sukarlan menjelaskan bahwa berbagai gejala yang dimilikinya menunjukkan bahwa dia memiliki Sindrom Asperger, yaitu terlambat memiliki kemampuan berbicara pada saat dia masih kecil, sulit bersosialisasi - terutama di lingkungan baru, minat hanya pada satu bidang saja, dan tidak bisa melakukan berbagai hal tertentu dikarenakan adanya kelainan fungsi pada otak. Ananda memberi contoh bahwa dia tidak bisa menyetir mobil, namun mahir dalam memainkan piano.

Ananda Sukarlan pada waktu masih kecil ternyata tidak menatap mata orang lain ketika berbicara dengan mereka, namun dia dipaksa oleh kedua orang tuanya yang tidak mengerti tentang Sindrom Asperger ini untuk menatap mata orang sebagai tanda kesopanan. Latihan seperti inilah yang membuat Ananda dapat bersikap seperti layaknya orang normal lainnya ketika dia beranjak dewasa.

Ananda Sukarlan bercerita bahwa dia merasa beruntung waktu dia masih kecil melihat piano tua di rumahnya. Piano tersebut merupakan barang hibahan dari kerabatnya. Karena piano itulah maka dia menemukan minatnya dalam bidang musik, terutama bakat untuk memainkan piano. 

Ananda Sukarlan mengakui bahwa dia menemukan dunianya ketika memainkan piano dan menulis musik. Ini menandakan bahwa otaknya bekerja dengan baik ketika dia mengerjakan berbagai hal tentang musik. Baginya, musik sangat mampu menolongnya untuk mendeteksi emosi apa yang dirasakannya dan emosi apa yang sedang dihadapinya. 

Ananda Sukarlan memutuskan untuk hidup bersama dengan Sindrom Tourette dan Sindrom Asperger ini dengan tenang dan damai. Dia merasa baik-baik saja dan sama sekali tidak terganggu sedikit pun, namun dia tetap perlu untuk mempersiapkan diri dan mengolah rasa groginya ketika akan datang ke berbagai acara resmi dan bertemu dengan orang-orang baru.

Ananda Sukarlan mengingatkan bahwa tidak semua orang yang memiliki Autisme dan berbagai sindrom turunannya akan tampak seperti para penderita Autisme pada umumnya. Sebagian dari mereka bisa jadi akan tampak seperti layaknya manusia normal lainnya. 

Menurut Ananda Sukarlan, orang-orang yang memiliki Sindrom Tourette dan Sindrom Asperger bisa jadi adalah orang-orang yang paling keren di dunia, karena mereka biasanya ahli dan berbakat di satu bidang tertentu dan memiliki kemampuan yang sangat baik sekali untuk fokus pada satu bidang tertentu tersebut. Ananda Sukarlan memberi contoh beberapa penderita Sindrom Asperger yang ternyata adalah orang terkenal di dunia, seperti pesepakbola - Lionel Messi, pendiri Apple - Steve Jobs, komposer dunia terkenal - Mozart, pemain film Holywood terkenal - Anthonny Hopkins, dan lain-lain. Maka dari itu dia rajin mengkampanyekan motto dari gerakan untuk orang-orang yang memiliki Sindrom Tourette dan Sindrom Asperger, yaitu “Aspie is awesome!”

Namun orang-orang yang memiliki Sindrom Tourette dan Sindrom Asperger ini tetap perlu bantuan untuk ditunjukkan apa bakat dan keahlian mereka yang sebenarnya, karena sampai sekarang belum ada alat, mesin atau teknologi tertentu yang dapat mendeteksi kemampuan khusus apa yang dimiliki oleh para penderita Sindrom Tourette dan Sindrom Asperger ini.

Sebagai orang yang memiliki Sindrom Tourette dan Sindrom Asperger, tidak jarang Ananda Sukarlan menerima prilaku-prilaku yang tidak menyenangkan dan sering diejek oleh orang-orang di sekitarnya. Namun Ananda mampu bersikap cukup sabar untuk menghadapi orang-orang seperti ini. Ananda Sukarlan juga menyayangkan fakta bahwa ketika para penderita Sindrom Tourette dan Sindrom Asperger tidak pernah merugikan orang lain dan lingkungan sekitarnya, kenapa para penderita ini harus menerima ejekan dari sekelilingnya. Nasihat yang dia berikan untuk para penderita Sindrom Tourette dan Sindrom Asperger yang menerima ejekan dari orang-orang disekitarnya adalah bahwa masalah bukan datang dari pemilik Sindrom Tourette dan Sindrom Asperger, namun masalah justru berada pada yang mengejek mereka. Karena mereka yang mengejek biasanya butuh tempat untuk menunjukkan keberadaan mereka di muka bumi ini. Jadi, tidak usah merisaukan ejekan-ejekan dari mereka ya!

Untuk para orang-orang normal yang berada disekitar orang-orang yang memiliki Sindrom Tourette dan Sindrom Asperger, Ananda berpesan agar mereka memberikan pengertian yang lebih kepada para pemilik Sindrom Tourette dan Sindrom Asperger ini, lebih memfokuskan kepada kelebihan yang mereka miliki dan siap membantu mereka pada bidang yang mereka memang tidak bisa lakukan.
Bagi para penderita Sindrom Tourette dan Sindrom Aspergernya sendiri, Ananda berpesan agar mereka selalu rajin mencari apa hal berguna yang mereka dapat lakukan untuk lingkungan sekitarnya, bersabar menerima sindrom yang mereka miliki dan memaafkan orang-orang lain yang mengejek mereka.

Anda dapat melihat video selengkapnya dari wawancara saya dengan Ananda Sukarlan di bawah ini:



Catatan: Kalau Anda melihat video diatas, Anda pasti juga dapat melihat bahwa saya juga suka mengedipkan mata berulang kali, dan cara berbicara saya yang kadang-kadang terbata-bata dan berulang-ulang. Dulu pada waktu saya kecil, saya juga terlambat memiliki kemampuan bicara dan cenderung gagap. Apakah saya juga termasuk penderita Sindrom Tourette dan Sindrom Asperger? Mungkin iya, mungkin tidak. Apa pun fakta sebenarnya, semua itu tidak menjadi masalah lagi bagi saya sekarang, karena saya masih dapat mengfungsikan diri sebagaimana layaknya orang normal lainnya. 

Saya mengucapkan rasa terima kasih yang dalam untuk Ananda Sukarlan yang sudah meluangkan waktunya untuk duduk bersama saya dan mendiskusikan tentang sisi unik dari dirinya. Setelah diskusi selesai, saya malah semakin kagum dengan sisi unik dari diri Ananda, yaitu humoris, senang ngobrol, cerdas dan berbakat sekali. Pada akhir kata, saya setuju dengan pendapat Ananda Sukarlan bahwa “Aspie is awesome!”


07 October 2017

International Coffee Day 2017 at Borobudur Hotel Jakarta




The beginning of October is now celebrated as the International Coffee Day. So, what is the International Coffee Day? According to International Coffee Day Organization, the International Coffee Day is a global celebration of coffee’s journey from the farm to your local shop - an opportunity to honor the men and women who grow and harvest the coffee we love. In 2015, the International Coffee Organization launched the first official celebration of the International Coffee Day. From Friday, 29 September, and culminating on Sunday, 1 October 2017, everyone around the globe came together to celebrate the third annual International Coffee Day.

On that day, I had the chance to celebrate the International Coffee Day 2017 at Borobudur Hotel in Jakarta, Indonesia. As one of the hosts of the International Coffee Day in Jakarta, the Borobudur Hotel Jakarta presented two local coffee producers in Indonesia, Opal Coffee and Tambling Coffee.


COFFEE LECTURE




The International Coffee Day 2017 event started with a lecture about coffee. The speaker of the lecture was Rahmadhany Syahfitrah, a Barista and a local coffee expert from the Opal Coffee.
(NOTE: A Barista is a person or a coffee shop employee who is professionally trained and has a high level of skill in preparing and serving Espresso shots, Espresso-based coffee drinks and regular coffee drinks).

From the coffee lecture, here are some points that I was interested in:

  • There are two types of coffee: Arabica Coffee and Robusta Coffee. Arabica Coffee grows in the uplands, whereas Robusta Coffee grows in the lowlands.
  • In the history of coffee in Indonesia, it turns out that coffee is not a native plants from Indonesia. Coffee was brought by the Dutch from India to Java Island in Indonesia, then spread to various other regions in Indonesia. 
  • The first type of coffee plant cultivated in Indonesia was Arabica Coffee. However, because of its vulnerability to disease, including the plague that had hit coffee plantations in Indonesia at that time, the Dutch decided to replace the type of Arabica Coffee with Robusta Coffee (Coffea Canephora). Robusta Coffee has stronger resistance to face the disease. The decision to plant the Robusta Coffee was right that it could survive to grow in the land of Indonesia, and the coffee business in Indonesia then became very successful until today. Therefore, Indonesia became one of the countries that produce the largest amount of the Robusta Coffee.
  • The shape of the coffee that is still in the tree is like cherry, with the color of yellow, orange and red. Since what we drink are the seeds, then the outer shell of the cherries must be peeled off. (NOTE: Yes, what we drink are seeds, not beans. But it seems that the most popular name for it is beans). After the cherries are peeled off, we can see that the color of the raw coffee beans is green. After the beans are cleaned, we can go to the next step of the coffee process which is the roasting. The roasting process can vary from light roast, medium roast to dark roast.


In the coffee lecture, the speaker also showed videos about Luwak Coffee and Elephant Coffee. Both coffee beans have to pass the animals’ digestion. The Luwak Coffee beans are digested by Palm Civets or Civet Cats. Yes, Luwak is the Indonesian word for Civet. The Elephant Coffee beans are digested by the Elephants in Thailand. 




COFFEE CUPPING

While having a break, the participants were asked to do Coffee Cupping or tasting the Opal Coffee and the Tambling Coffee. Both of the coffee brands opened their booths so people can taste their coffee. 




For me, the Tambling Coffee tasted very light. It is good for everyday drink.




And I think the taste of the Opal Coffee is strong enough. It is very good to be used as a base for any other coffee drinks.


ESPRESSO AND LATTE ART

After the coffee lecture was finished, we learned about how to make Espresso and Latte Art. Yeay!

At this session, the Barista who helped us dealing with the coffee machine is Indi Zultim from Barista Indonesia.

Here are the steps to do it!  




Introduction to brewing technique - Making Espresso as a foundation for all kinds of coffee drinks: Espresso is an extracted coffee drink brewed by forcing a small amount of nearly boiling water under pressure through finely ground coffee beans. Espresso can be consumed alone, or we can use it as the foundation for any other coffee drinks, such as Cappuccino, Mochaccino, etc. Espresso can be developed into a variety of other beverages based on the creativity of the Barista. The Barista can explore the making of Espresso by "manipulating" pressure up to water temperature.
The best Espresso creates a very good Crema. Crema is the thin layer of foam at the top of a cup of Espresso. The best color of Crema is yellow to gold.  




Cleaning and warming up: Make sure that the coffee machine and the equipments are all clean before we warm them up.




Dosing coffee: Put the coffee powder into portafilter. Portafilter is the metal part that looks like a big and deep spoon where you place the coffee powder when preparing to extract espresso.




Measuring the Coffee powder: The measurement of how much coffee powder should be placed is up to the Barista and what kind of coffee drinks that the Barista wants to create. Don't forget to tap the portafilter to make sure that the coffee surface is flat, so the tamping process later on can be done easily.




Tamping: The process to compress the coffee powder inside the portafilter.




Inserting the portafilter into the grouphead.




And now, it is time to extract the Espresso



After the Espresso was ready, it's time to make the Latte Art! And this is how to do it!




Steaming the milk to create the froth




Pouring the steamed milk directly into the Espresso to create the Latte Art. Beautiful!  




Another way to create the Latte Art is by using an iron stick or any stick you can find around: To do this, the steamed milk has to be poured first into the Espresso, then we can draw the Latte Art using the stick.



LATTE ART COMPETITION

It turned out that they also held a Latte Art Competition. I was excited enough to join the competition. Yes!!!

First of of all, the Barista taught the participants of the Latte Art Competition about how to do the Latte Art. Secondly, the participants were given the chance to practice it first. Thirdly, the participants started to make their own Late Art creations.




When I made the Latte Art, I found out that it was a hard thing to do. It was very difficult to control the coffee and the steamed milk that the two of them have been mixed into a whatever-formless drink. Hahaha! But I didn't want to give up! So I used the iron stick to create the Latte Art as what the Barista had taught me. And...... Surprisingly, I won the Latte Art Competition as a Runner Up Winner! Wohooo!!! Thank you very much!

The experience I got from this Latte Art Competition made me think that being a Barista is hard and difficult. So, I give my full respect to all the Baristas around the world. I now appreciate the work of Barista more!




As the Runner Up Winner of the Latte Art Competition, I could bring home a pack of Robento Coffee from the Opal Coffee, a pack of Tambling Coffee, some stuffs from the Borobudur Hotel Jakarta and many more! You are such a lucky lady, my dear Astrid!

I would like to thank Borobudur Hotel Jakarta, Opal Coffee, Tambling Coffee and all the Baristas! I had such a great time at your International Coffee Day event! Hope to see you again soon!


With Rizki Permata Sari - Marketing Communication
Manager at Borobudur Hotel Jakarta


With Barista Rahmadhany Syahfitrah from Opal Coffee
and Barista Indi Zultim from Barista Indonesia






HOTEL BOROBUDUR JAKARTA
Jalan Lapangan Banteng Selatan,
Jakarta 10710,
Indonesia
Tel: (62-21) 380 5555, 383 5000
Fax : (62-21) 380 9595
Email: welcome@hotelborobudur.com

SARI OPAL NUTRITION
Blok I 9 No. 46-46,
Komplek Ruko Green Garden
Jl. Panjang Kedoya Utara
Kebun Jeruk
Jakarta 11520
Indonesia
Phone: (021) 581-1212
Web: www.sariopal.com  

06 October 2017

5 Langkah Yoga Sederhana Saat Berkendara yang Kuajarkan untuk Queenrides

Ini adalah artikel tentang sesi Latihan Yoga yang aku ajarkan untuk para Queenriders, julukan yang ditujukan bagi para pengendara mobil dan motor yang tergabung didalam Komunitas Queenrides. Komunitas ini dibentuk untuk mengajarkan kepada para perempuan tentang cara berkendara yang benar dan aman di jalan raya. 

Foto-fotonya sendiri diambil pada saat Komunitas Queenrides mengadakan acara di Medan, Sumatera Utara untuk merayakan Peringatan 60 Tahunnya Astra International. Acaranya seru banget loh! 

Artikel aslinya berada di website resminya Komunitas Queenrides. Tautan asli dari artikel ini dapat dilihat di: http://www.queenrides.com/lifestyle/jiwa-raga-mulai-lelah-dan-hilang-fokus-saat-berkendara-ikuti-5-langkah-yoga-sederhana-ini-agar-tetap-tenang-yuk#sthash.xn3zqwG8.dpbs .

Agar lebih mudah untuk membacanya, maka saya cantumkan artikelnya di bawah ini ya. Selamat membaca! 

------------------------------------------------------------------


Jiwa Raga Mulai Lelah Dan Hilang Fokus Saat Berkendara? Ikuti 5 Langkah Yoga Sederhana Ini Agar Tetap Tenang, Yuk!

Kamis, 05/10/2017 21:11 


Lelah berkendara? Super emosi karena jalanan macet melulu? Semuanya bikin telat berkegiatan?
 
Yuk, tenangkan diri dengan yoga singkat, sederhana, namun menenangkan saat berkendara. Pada first offline community movement Queenrides di Medan dengan kegiatan bertema "Perempuan, Ayo Berkendara Aman" ini, Yoga Instructor Queenrides Astrid Amalia mengajarkan 5 langkah yoga yang dapat membantu kamu untuk berkendara dengan aman dan nyaman. Kegiatan Queenrides ini merupakan bagian dari "Inspirasi 60 tahun Astra International Tbk di Medan" yang fokus untuk menginformasikan pentingnya berkendara dengan aman.
 
Manfaat dari latihan yoga singkat dan sederhana ini dapat membantu pengendara untuk selalu segar, sehat, dan tidak mudah merasa lelah. Selain itu, yoga yang dilakukan mampu menjaga emosi ketika berkendara. Gerakannya mudah, dapat dilakukan sebelum, saat, juga sesudah berkendara yang membuat hati tenang, bahagia, dan pada akhirnya, fokus pun meningkat.

 
Langkah 1

Tarik dan buang nafas secara perlahan. Tenangkan diri dan fokuskan untuk relaksasi.




Langkah 2

Rangkaian gerakan yoga yang berfungsi untuk melemaskan segala otot dan sendi yang kaku, mulai dari kepala sampai ke ujung kaki.




Langkah 3

Rangkaian gerakan yoga yang berfungsi untuk membangunkan badan dari rasa kantuk dan agar para pengendara dapat tetap fokus berkendara.




Langkah 4

Rangkaian gerakan yoga yang berfungsi untuk menguatkan tangan dan kaki yang selalu dipakai ketika berkendara di jalan. 




Langkah 5

Rangkaian gerakan yoga penutup berfungsi untuk menenangkan pikiran agar emosi dapat tetap terjaga.




Gimana, Queenriders? Gerakan yoga yang sederhana dan mudah, bukan? Seluruh rangkaian gerakan yoga ini dapat membantu kamu untuk tetap fokus saat berkendera. Sehingga, kita dapat turut mendukung misi berkendaraan yang aman dan nyaman di jalan raya. Stay safe on the road always ya, Queenriders!

(Talita Zahrah)

04 October 2017

Food Exchange at Novotel Jakarta - Mangga Dua Square




Food Exchange is the latest culinary destination by the management of Novotel Jakarta - Mangga Dua Square, the hotel under AccorHotels network.

I was lucky to be invited to the Grand Opening of Food Exchange at the 5th Floor of Novotel Jakarta - Mangga Dua Square. At the event, it was fun to see all the staffs in the hotel dress up in costumes that represent the varieties of the food in the restaurant. Nice job, girls and guys! 






Located just besides the Gourmet Bar at the hotel, the Food Exchange has the concept of modern and trendy, but still easy and relax.

(Note: My story about the Gourmet Bat at Novotel Jakarta - Mangga Dua Square can be found at: astridamalia.blogspot.com/2017/03/merayakan-imlek-di-gourmetbar-novotel.html ).  

The interior is a contemporary style with an open kitchen. With an open kitchen design, the guests can interact directly with the chefs at the restaurant while looking directly at the various foods that arouse their taste. The restaurant has a spacious interior that the guests can decide to bring friends along or just be with herself or himself for a matter of privacy.








The Food Exchange at Novotel Jakarta - Mangga Dua Square serves both local and international favorites. Entering the Food Exchange, the guests will be invited to enter a traditional but modern market. In the middle of the room, there are a variety of foods ranging from Europe to Asia and, of course, Indonesia.







The Food Exchange serves its best food, like Mangga Dua Oxtail Soup, Roasted Peking Duck, Arabic food, Pizza and Pasta. The guests will also find some other favorites, like Gurame Fish Green Chili, Penang Curry Rice Noodle, and Grilled Australian Tenderloin.

Arabian food menu is the most popular in the lunch buffet package or a la carte. There are also Asian menus like Ribs Fried Rice which is also the icon of this restaurant.







In this spacious space, the guests should not be afraid of the lack of food. There are around 16 chefs who will make sure to cook fresh food. These fresh food will be served quickly, but they are still fine in terms of taste and appearance. Thanks to the great collaboration from all these chefs who shower the guests with a lot of delicious food! 





When I visited the Food Exchange, I knew that I could not taste all of the food here. Honestly, I need more than a day to taste all of the food in the restaurant! So, just to satisfy my curiosity and my hunger, I just choose the food that I like. Not all, just the ones that can fill my not so big belly. My choices of food are below.


Sushi and Sashimi from the Japanese Corner 



Dim Sum



Peking Duck



Pasta from Italian Corner 



Ice Cream 




Do you see that each serving plate has different designs? One of them follows the old city mural design on the walls of the lobby at Novotel Jakarta - Mangga Dua Square. Very interesting!

The Food Exchange at Novotel Jakarta - Mangga Dua Square is the first Food Exchange restaurant in Indonesia. There will be other Food Exchange in other Novotel Hotel chain in Indonesia. Can't wait for it!



FOOD EXCHANGE
5th Floor 
Novotel Jakarta Mangga Dua Square
Jl. Gunung Sahari Raya No. 1,
Pademangan
North Jakarta 14420
Indonesia
Tel: (021) 62312800