04 May 2004

RESTO LANG VIET - SECOND VISIT

Resto Lang Viet
Vietnamese Café
Wijaya Grand Centre
Blok F 36 / B
Jakarta
Tel: 021-7206774
Email: langviet_cafe@cbn.net.id


Minggu lalu, saya dan Imelda, untuk yang kedua kali nya, mengunjungi resto Lang Viet. Lho…kok ke sini lagi sih? Lha wong kami masih punya voucher makan gratis dari resto ini yg harus di 'habisin' sebelum expired. Asal tau saja, kami mendapatkan voucher ini setelah ikut perlombaan ber-goyang dombret yang dimodifikasi dengan poco-poco (ini gaya nya gimana ya???) pada kunjungan ke Tangerang beberapa waktu lalu. Lumayan lah…..

Ketika kami masuk ke resto ini, kami dipersilahkan duduk tepat di meja yang sama ketika kami pertama kali datang ke resto ini, yaitu pojok kiri – arah dari pintu masuk - dekat dapur. Wah, sudut legendaries dong…..

Akhirnya, sambil ngobrol-ngobrol, kami pun mulai memesan minuman.

Imelda memesan sepoci Hot Tea yg free refill, sedangkan saya memesan Hot Coffee Vietnam with Condensed Milk.

Ternyata, kopi susu yang saya pesan ini datang dengan sebuah gelas yang diatasnya ada coffee maker ala Vietnam dan air kopi nya menetes sedikit demi sedikit ke dalam gelas. Cara ini lebih baik dan benar bila dibanding dengan cara penyajian kopi Vietnam pada kunjungan pertama.

BTW, bila ingin mengintip sekilas kunjungan pertama saya ke resto ini, silahkan klik blog saya di:

http://astridamalia.blogspot.com/2004_03_20_astridamalia_archive.html

Gimana cara bikinnya Coffee Vietnam ini?

Bubuk kopi dimasukkan ke dalam suatu wadah terbuat dari aluminium yang berbentuk mirip saringan, lalu di tutup dengan penutup yang bentuknya mirip saringan juga....maksudnya berlobang lah. Wadah ini lalu ditempatkan di atas gelas kaca. Lalu diatasnya penutup berlobang ini di tuang air mendidih. Sehingga air panas merembes ke bawah, dari penutup yang berlobang itu menuju bubuk kopi yang ada di tengah, lalu air kopi nya turun ke bawah melalui saringan menuju ke dasar gelas yang sudah ada susu kental nya.

Bubuk kopi yang dipakai di minuman ini adalah bubuk kopi Aroma jenis spesial – yaitu campuran antara robusta dan arabika – yang di produksi di Bandung yang dicampur dengan susu kental manis cap Bendera. Rasa dari kopi susu ini di mulut saya kok persis seperti rasa kopi susu nya Café Phoenam ya. Tapi kopi susu di sini rasanya agak lebih lembut dan mellow, tidak sekuat yang di Phoenam.

Setelah beberapa teguk kami meminum minuman kami, mbak Effie tiba-tiba turun dari 'sarang' nya di lantai 4 menuju meja kami. Lalu, tanpa kami sangka-sangka, operational manager dari resto ini pun menemani kami di meja legendaries kami sampai kami pulang. (Mbak Effie, thanx, ya).

Sebagai pembuka, kami memesan Salad Pomelo with Shrimp. Ini adalah salad jeruk Bali yang di 'tindih' dengan udang rebus dan disajikan dingin. Rasanya OK punya lho, kecut-kecut pedes lah. Yang paling saya suka adalah kuah dari salad ini, bener-bener kayak kuah rujak, lengkap dengan cuilan cabe merah nya. Saya mau kok lain kali di kasi kuah nya doang. He he he.

Makanan selanjutnya adalah Steamed Rolls yang merupakan dinnernya mbak Effie. Lho?? Ternyata kami di ijinkan untuk ngembat dinnernya beliau ini seorang satu. (Sering-sering, ya, mbak....he he he....). Memang pas kok jumlah nya, yaitu 3. Roll ini isinya berupa sayur-sayuran dan ayam. Seger rasanya, apalagi kalo di cocol sama saos beningnya dan ditambah dengan potongan cabe merah dan cabe hijaunya.

Lalu kemudian datang lah makanan pesanan kami selanjutnya, yaitu Vietnamese Grilled Chicken Sandwich. Ini adalah roti baguette buatan Carrefour yang diisi ayam panggang, sayuran dan sedikit mayonaisse. Makanan yang satu ini panjang nya kira kira 20 cm dan tingginya melebihi mulut kita. Jadi, biar bisa masuk ke mulut, mesti sedikit di gepengin dulu. Yang paling enak dari hidangan ini adalah ayam nya. Beda deh rasanya. Oh ya, rasa dari sandwich ini juga lebih enak bila di dalam nya kita kasi potongan cabe merah dan cabe hijau. Wah, bisa merem melek tuh mata kita kala melahap hidangan ini. Perpaduan aneh yang bikin nikmat.... Saya melakukan hal ini karena terpengaruh dengan gaya makan Imelda yang mempunyai semboyan 'segala makanan tak nikmat bila tidak di temenin sama cabe'. Jadi, mulai dari hidangan ini sampai hidangan terakhir kecuali dessert, Imelda selalu rajin membubuhi cabe di setiap hidangannya. Ada apa dengan perut Imelda???

Ditengah-tengah makan, mbak Effie sempat memperkenalkan kami kepada Ibu Kim, pemilik resto ini yang ramah dan sangat 'lady' sekali. Beliau ini orang asli Vietnam yang sudah tinggal di Indonesia bertahun-tahun. Beliau rupanya mampir ke resto nya karena harus mempersiapkan katering untuk komunitas orang prancis. Dan memang karakter dari pelanggannya resto ini kebanyakan datang dari Perancis dan Vietnam. Sekalian saja ya saya informasikan bahwa memang resto ini juga menyediakan servis untuk pesta-pesta di rumahan. Jadi, bisa tuh kita pesen makanan di resto ini untuk pesta di rumah kita.

Setelah 3 makanan, perut kami ternyata masih lapar saja. Oleh karena kami bingung dengan menu yang ada di resto ini, maka kami pasrahkan diri kepada mbak Effie untuk memilihkan kami makanan yang di rekomen oleh beliau. Beliau ternyata menyarankan agar kami mencoba Thai Rice with Shaking Beef. Hidangan ini terdiri dari sebongkah nasi Thailand, daging masak dan 2 macam sayur. Dagingnya adalah daging sapi, yang diambil adalah has dalamnya. Rasa daging masak ini seperti opor daging (kok tiba-tiba jadi inget lebaran ya????). Nasinya karena dari Thai, ya pastinya pulen sekali lah. (Di lidah saya yang sedang diet anti nasi dan akhirnya mencoba makan nasi dari beras merah dan beras pecah kulit yang rasanya keras itu, rasa nasi Thai ini kok 'lewat' aja ya saking pulennya. He he he...). Sedangkan 2 macam sayurannya adalah sejenis salad dan acar. Acarnya bisa bikin mata berkedip-kedip saking kueecuut nya.

Ketika kami hendak menutup dinner kami, ternyata kami di beri bonus oleh mbak Effie (untuk yang kesekian kalinya....sering-sering ya...hua ha ha.....) untuk mencicipi hidangan yang belum ada di list, tapi akan ada untuk menggantikan menu lain yang jarang di pesan orang. Hidangan ini adalah Pho. Pho? Iya....mie Vietnam. Bentuk hidangan ini mirip sekali dengan pho yang ada di resto Pho Hoa. Tapi, Pho di resto ini agak kurang gurih bila dibanding kan dengan yang di Resto Pho Hoa. Rupanya, ini semua karena Pho di resto ini tidak memakai vetsin, jadi kuahnya itu purely dari rebusan tulang dan daging yg direbus selama 8 jam. Bagi saya, hidangan ini rasanya tambah advanced bila di bubuhi dengan saos kacang warna coklat tua yang rasanya mirip tauco. Hmm…yummy….

Oh ya, ketika kami asyik melahap Pho ini, mbak Effie juga mengajari kami bagaimana cara membaca kata Pho yang benar di dalam bahasa Vietnam, yaitu Fe. E nya itu di lafalkan sama seperti ketika kita mengucapkan kata sepatu. Ooo....gitu toh, mbak...

Sebagai penutup, kami memilih Pudding of the Day, yaitu Sweet Corn. Hidangan ini adalah jagung manis yang dicampur dengan santan. Aroma santan di hidangan ini sangat kuat, sehingga mengingatkan saya akan hidangan berbuka puasa yang kadang-kadang pakai santan. Rasa hidangan ini tentu saja manis, pas sekali untuk menutup acara makan-makan kami yang berselera ini.

Empat hidangan yang kami pesan pun di bandrol seharga Rp 115.000.

Hal menarik yang saya temui di resto ini adalah:

1. Semua hidangan selalu di sajikan dengan sebongkah campuran sayuran segar yang dicampur dengan bahan lain sebagai makanan utama dan beberapa lembar sayuran segar lainnya yang di tempatkan di pinggir piring sebagai penghias tapi bisa sekali untuk dimakan, seperti daun mint, dll. Persis kayak lalapannya orang Sunda. Sehat sekali komposisinya.
2. Mbak Effie sempat berbagi info bahwa resto ini juga menanam sendiri sayur-sayurannya di kebun milik sendiri sehingga di jamin aman dari pestisida. Jadi, bagi yang perlu sayur segar, silahkan hubungi..... (Lho, kok malah jualan sih!!!)
3. Balik lagi ke soal kopi susu yang saya minum (dasar pengopi!!!!!), ternyata resto ini juga menjual kopi Aroma dalam bentuk pak, terutama jenis spesial – yaitu campuran antara robusta dan arabika. Jadi, tidak usah jauh-jauh ke Bandung lagi deh untuk mencicipi kopi Aroma yang terkenal itu. Kopi Aroma memang masuk dalam catatan penting dalam kamus hidup saya mengenai kopi sebagai kopi yang advanced dalam aroma maupun rasa.
4. Ada beberapa makanan yang perlu ’kursus singkat’ dulu untuk mengetahui bagaimana cara menyiapkannya sebelum di pindahkan ke mulut. Biasanya, para pelayan atau bahkan mbak Effie sendiri akan meng-educate anda dalam hal ini. Jadi, jangan sungkan-sungkan untuk bertanya lah. Ingat lho, malu bertanya – sesat di WC.

Setelah puas melahap makanan, maka kami menutup makan malam kami dengan berkunjung ke gallery resto ini yang terletak di lantai 3. Bentuk gallery nya ternyata sudah berubah bila dibandingkan ketika kami pertama kali ke resto ini dulu. Bedanya adalah sekarang gallery ini ditutup oleh sebuah pintu dan barang-barang yang di jual pun lebih banyak lagi. Gallery ini menjual semua barang khas Vietnam, mulai dari alat-alat makan, pakaian, selop, patung mini, pajangan, lukisan, rak wine single, dll.

Akhirnya dinner pada malam itu berakhir dengan segala kesan yang mendalam. Bukan saja makan dengan makanan yang enak dan sehat, tetapi juga senangnya hati bisa ditemani ngobrol oleh mbak Effie yang ternyata punya pengalaman yang banyak soal travel dan makan dan juga tukang ngobrol seperti kita-kita ini. (Trus, abis ini apa mau bikin 'Arisan Part 2' ?????)


No comments:

Post a Comment